175 Jalan Menuju Syurga

Ceramah Ustadz Oemar Mita

Syukur itu seperti saringan dalam air. Syukur itu mampu mengubah setiap musibah/masalah menjadi anugerah. Yang menjadi masalah adalah ketika hati kita tidak memiliki saringan syukur.

“saat kita menghadapi masalah dan problematika hidup maka bersyukurlah”

Kita dapat belajar bersyukur dari kisah Nabi Ayub AS. Saat menderita sakit dan diminta oleh istrinya untuk berdoa kepada Allah agar disembuhkan, Nabi Ayub AS berkata, “Saya sudah disehatkan oleh Allah selama 70 tahun, dalam kondisi yang berkelapangan, bahkan berlebihan dalam kehidupan. Apakah saya tidak bisa bersabar dan bersyukur pada sisa kehidupan saya setelah 70 tahun disehatkan oleh Allah?” Perkataan inilah yang membuat kita mampu mengambil faedah bagaimana Nabi Ayub AS mampu mengubah setiap masalah yang beliau hadapi, karena beliau memiliki saringan syukur saat menghadapi sakitnya. Jadi saat kita menghadapi masalah dan problematika hidup maka bersyukurlah. Sadarilah bahwa ujian kita masih belum seberat orang lain.

Mengingat surga itu memberikan kita kekuatan untuk menampik godaan hal-hal yang haram. Salah satu alasan banyak orang sulit untuk menahan godaan dari hal-hal yang haram/melakukan dosa besar adalah karena lemahnya hatinya dan kurangnya keterikatan jiwanya kepada surga, yang merupakan puncak balasan bagi siapapun yang mampu melewati ujian kehidupan ini. Karena dunia itu sangat mengiurkan sehingga banyak orang yang terperosok kedalamnya.

Mengingat surga itu memberikan kita kekuatan untuk menampik godaan hal-hal yang haram.

Sesungguhnya keledai itu memiliki banyak sifat negatif, makanya suara yang paling buruk adalah suaranya keledai. Akan tetapi walaupun keledai memiliki beberapa sifat yang negatif, keledai juga memiliki suatu keistimewaan. Keledai dibawa sejauh apapun, ia akan selalu bisa pulang, sama dengan kucing.

Imam Ibnu Qayyim berkata, “Sesungguhnya kualitas manusia tidak boleh lebih rendah dari keledai, jadi jangan sampai tidak mengerti jalan pulangnya kepada kampung halamannya, yaitu di surga.” Sebelum Nabi Adam AS diturunkan ke dunia, tempatnya adalah di surga. Hal ini berarti mudiknya kita itu ke surga. Maka kita tidak ingin kualitas kehidupan kita lebih rendah dari keledai.

Kerinduan kita kepada surga itu akan muncul jika kita memiliki referensi. Orang yang memiliki kerinduan kepada surga, tidak akan mudah menggadaikan kehidupan surganya dengan kehidupan dunia.

Kenapa tidak ada bidadara di surga? Apakah surga itu identik dengan kaum laki-laki dan tidak identik dengan kaum perempuan? Tentu tidak seperti itu. Allah dan Rasulullah tidak pernah membedakan laki-laki dan perempuan dalam hal ketaatan. Allah mencintai baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan ketaatan kepada-Nya. Allah juga tidak pernah menjadikan perempuan sebagai lapisan kedua dalam kecintaan-Nya kepada manusia yang taat.

Laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda, baik secara fisik maupun psikologis. Perempuan tidak memerlukan banyak laki-laki, ia hanya membutuhkan satu laki-laki yang bisa memberikan kasih sayang kepada dirinya. Hal ini berbeda dengan laki-laki. Ada laki-laki yang fitnah terbesarnya itu perempuan. Makanya Allah memberikan bidadari di surga, agar laki-laki di dunia mampu menahan dari yang haram. Sehingga mereka akan mendapatkan yang halal kelak di surga, ketika ia mampu menjaga dirinya dari perempuan yang tidak halal di dunia. Sedangkan perempuan itu tidak membutuhkan bidadara. Yang ia butuhkan adalah suaminya yang bisa memberikan kasih sayang dan tanggungjawab. Itu lebih dari cukup bagi perempuan.

Perempuan sangat dimudahkan untuk bisa mendapatkan surga dalam agama islam. Saat ingin beribadah, perempuan tidak harus pergi ke masjid, mereka bisa beribadah di rumahnya saja. Pahala yang mereka terima sama dengan laki-laki yang pergi ke masjid. Perempuan tidak dibebankan untuk bertanggungjawab atas kondisi ekonomi keluarganya, akan tetapi laki-laki yang seharusnya bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Semenjak perempuan itu menikah, maka seluruh perbuatan yang ia lakukan pertama kali akan ditanyakan kepada suaminya sebagai pemimpin/kepala rumah tangganya.

Fitnahnya perempuan itu bukan pada laki-laki. Fitnahnya perempuan itu adalah pada hartanya atau rumahnya. Di dalam Al-Qur’an dan hadits perempuan itu disebutkan identik dengan rumah. Makanya permintaan dari Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) agar dibangunkan sebuah rumah di surga. Perempuan nanti di surga akan mendapatkan rumah dan suami yang akan menjaganya. Jadi perempuan tidak membutuhkan bidadara, karena perempuan tidak butuh banyak laki-laki.

Dalam Surat Al Anbiya ayat 23: Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah (manusia) yang akan ditanyai.

Wanita bumi nanti di surga akan menjadi bidadari yang bermata jeli. Wanita bumi ketika di surga nanti lebih cantik dan lebih mempesona daripada bidadari. Ini adalah aqidah dalam ahlussunnah wal jamaah. Jadi para wanita tidak perlu khawatir, karena nanti di surga mereka akan menjadi pemimpinnya para bidadari.

Bidadari semenjak pertama kali diciptakan, tidak pernah melewati ujian. Hal ini berbeda dengan para wanita bumi yang harus melewati ujian. Mereka tidak pernah melewati fase melahirkan, menyusui, bangun di tengah malam, mengalahkan hawa nafsu, berpuasa, dll. Yang melewati semua ini adalah para wanita di bumi yang melakukan ketaatan sampai nanti mereka akan mendapatkan rahmat dari Allah sehingga bisa memasuki surga.

Di akhirat hubungan suami istri nanti akan terbagi 4:

  • Ada suami-istri yang sama-sama masuk neraka. Contoh: Abu Jahal dan istrinya, Abu Lahab dengan istrinya.
  • Ada suami yang masuk surga tetapi istrinya tidak masuk surga. Contoh: Nabi Nuh AS dan Nabi Luth masuk surga sedang istrinya tidak.
  • Ada yang istrinya masuk surga tetapi suaminya tidak masuk surga. Contoh: Asiyah binti Muzahim masuk surga, sedangkan suaminya Fir’aun masuk neraka.
  • Ada yang dua-duanya masuk surga. Contoh: Nabi Muhammad ? dengan para istrinya. Nabi Ibrahim AS dengan para istrinya.

Kebersamaan laki-laki dengan bidadari tidak akan mengalahkan romantisme seorang laki-laki dengan istrinya, kalau mereka nanti berkumpul di surga. Karena kalau bersama bidadari tidak ada kisah yang bisa mereka bagi, hal ini berbeda dengan suami-istri yang bersama-sama berada di surga. Mereka akan mengingat kembali memori perjuangan mereka ketika di dunia sampai akhirnya mereka bisa mendapatkan rahmat dari Allah saat memasuki surga.

Jadi untuk memahami tentang bidadari di surga itu harus dengan ilmu. Sehingga tidak muncul komentar yang tidak semestinya. Memang di dalam surga itu para suami akan mendapatkan 2 bidadari, akan tetapi kedudukan bidadari itu dibawah istri dari suami itu ketika suami-istri sama-sama berada di surga.

Allah SWT memiliki 100 rahmat. Satu rahmatnya dibagikan kepada seluruh makhluk-Nya di dunia dari semenjak adanya Nabi Adam AS sampai dengan nanti manusia terakhir yang melihat matahari terbit dari barat. Contoh: Rahmat yang Allah berikan adalah berupa cinta dari seorang istri kepada suaminya, cinta suami kepada istrinya, cinta orang tua kepada anaknya, cinta induk binatang kepada anaknya.

Sembilan puluh sembilan rahmat Allah tidak diberikan di dunia tetapi kelak akan diberikan di surga. Kalau dengan satu rahmat saja kita bisa merasakan cinta yang begitu dalam kepada orang lain, maka kita bisa membayangkan seberapa besar kekuatan cinta seorang suami kepada istrinya nanti di surga.

Visi kita berkeluarga bukanlah sehidup semati, akan tetapi sehidup, sesurga. Maka jadilah seorang istri yang tidak pernah lelah dan letih untuk meminta keridhoan dari suaminya. Karena dibalik punggung seorang suami ada pintu surga. Maka jadilah seorang suami yang bijak, yang tidak gampang murka kepada istrinya, dan jangan terlalu sulit untuk diraih ridhonya oleh istrinya.

Berkeluarga itu tidak menjanjikan kepuasan, akan tetapi berkeluarga itu pastinya menjanjikan keberkahan. Keberkahan itu tidak akan bisa kita peroleh kecuali jika semangat kita dalam keluarga untuk memberikan yang terbaik. Seorang istri tidak boleh lelah dalam mencari keridhoan dari suaminya, walaupun ia memiliki kekurangan. Kekurangan itu akan bisa diatasi dengan ilmu, sehingga tidak merusak dan mendatangkan kebinasaan baginya. Suami juga jangan mudah mengancam istri dengan neraka. Apakah seorang suami rela, jika ibu dari anak-anaknya berujung mendapatkan neraka hanya karena suaminya mudah kecewa? Seorang suami harus ingat bahwa kekurangan istri (misalnya marahnya istri) itu karena fitrahnya yang berasal dari tulang rusuk yang bengkok. Walaupun kekurangan ini juga tidak dibenarkan jika dilakukan setiap waktu.

Jadi tidak ada menang-menangan dalam berumah-tangga. Istri jangan selalu merasa benar. Bagaimanapun seorang wanita juga harus selalu mengevaluasi dirinya. Seorang suami juga jangan membuat dirinya sulit untuk memberikan ridhonya kepada istrinya. Kualitas keluarga yang seperti inilah yang nanti akan menyebabkan seorang suami bisa bertemu dengan istrinya di surga.

Kenikmatan di surga itu meliputi 3 hal :

  • Yang pertama (yang paling tinggi) adalah bisa melihat wajah Allah di surga
  • Yang kedua adalah bisa berjumpa dengan para nabi dan rasul.
  • Yang ketiga adalah bertemu dengan keluarga kita

Ciri-ciri wanita surga:

  • Dalam kondisi yang masih gadis setiap waktu, untuk memaksimalkan puncak kebahagiaan yang didapatkannya di surga. Umur penduduk surga sekitar 30-33/35, karena puncak kematangan fisik manusia berada di usia tersebut. Kebahagiaan itu hanya ada di satu tempat, yaitu di surga. Semuanya di surga sudah diatur oleh Allah agar manusia bisa merasa bahagia. Semua tempat di surga dapat memberikan kebahagiaan secara maksimal. Hal ini berbeda dengan kehidupan di dunia yang tidak lepas dari ujian dan kesukaran. Karena dunia itu tempat ujian. Yang menyamakan kehidupan di dunia dengan di surga itu hanya sekedar nama saja. Contoh: Di surga ada istri, tetapi kenikmatan bersama istri di dunia berbeda dengan kenikmatan bersama istri di surga.
  • Rupa yang sangat cantik dan tutur kata yang indah dan menyenangkan. Salah satu ujian pada wanita itu ada pada lisannya. Wanita sulit untuk mengendalikan lisannya, terutama ketika sedang kecewa. Makanya kalau wanita menangis itu yang ditutup mulutnya.

Surat Al Waqiah ayat 36-37: (36) dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. (37) penuh cinta lagi sebaya umurnya.

Dalam hadits Nabi Muhammad SAW, dikatakan bahwa yang paling banyak memasukkan wanita ke dalam neraka itu bukan karena ia tidak memakai jilbab, berzina, dan tidak sholat, akan tetapi karena kufur kepada suaminya, jadi melalui lisannya. Dimana ketika suaminya sudah berbuat baik sepanjang hidupnya, tetapi sekali suaminya berbuat salah, istri langsung mengatakan bahwa suaminya itu tidak ada kebaikannya.

Kualitas kehidupan kita itu banyak berkurang ketika kita banyak berbicara. Hal ini persis sama seperti kita menguncang soda di dalam botol lalu dibuka.